Jumat, 17 Juli 2009

FORUM BEDAH SATRIO PININGIT


BEDAH TELISIK SATRIO PININGIT/HERU CAKRA/RATU ADIL/IMAM MAHDI


Kami membaca buku tulisan Tri Budi Marhaen Darmawan Nurahmad tentang tulisan Jalan Setapak Menuju Nusantara Jaya dan perjalanan Spiritual Menelisik Jejak Satria Piningit, cukup menarik untuk disimak. Saya ingin menambah/memperjelas makna-makna yang tersirat didalam buku tersebut diatas, guna menambah wacana lebih jelas dan gamblang, ada istilah atau sanepo yang kurang di mengerti pembaca, untuk itu saya berusaha mengurai dengan pengetahuan yang saya miliki. Dalam serat Uga Wangsit Siliwangi hal 16 & 17 Budak Angon (anak gembala) disitu hanya istilah saja, makna sebenarnya menurut pemhaman saya adalah Sosok Pembimbing (penuntun, gembalanya adalah Rakyat, agar berjalan di jalan yang benar, di dalam kitab Injil juga ada sebutan bahwa Isa Almasih/Yesus Kristus adalah Pengembala Domba, begitu juga dengan Sosok Pemuda Berjanggut, seperti 2 sosok yang berbeda antara Budak Angon dan Pemuda Berjanggut, pergi bersama ke suatu tempat, padahal yang dimaksud diatas adalah sosok yang sama dilihat dari 2 sudut. Budak Janggutan (pemuda berjenggot) adalah Pengambaran Sososk Pepunden atau sesepuh yang dituakan, Budak Angon adalah Panutan/Pembimbing,Sedangkan Budak Angon menggambarkan Perwujudannya (badan kasar, Pemuda Berjanggut menggambarkan Batiniyahnya (badan halus). Pada halaman 27 disebutkan pada saat munculnya Budak Angon di tandai dengan banyaknya terjadi (goro-goro) bermula dari suatu daerah lantas meluas keseluruh penjuru negeri, begitu juga dengan penjelasan Sepuh Pini Sepuh kita, kemunculan satrio piningit di tandai dengan banyaknya goro-goro. Ramalan Jayabaya bait 159 tertulis sinungkalan dewa wolu (8), ngasta (2), manggalaning (9), ratu (1), bakal ana dewa ngejawantah apengawak manungsa (tahun 1928 akan ada dewa tampil berbadan manusia). Ratu Adil berkedudukan di Ketangga dekat Alas Pudak, selanjutnya muncul pula Raja Asmara Kingkin yang berkedudukan di Kediri sebagai perwujudan Ratu Adil. Disini sudah jelas bahwa Satria Pininggit adalah Raja yang tersembunyi (siningit) dalam arti badan halusnya, kemudian muncul ratu adil itu lahiriyahnya (fisik). Sudah barang tentu kalau kita mendambakan sosok satria piningit dicari sampai 7 turunanpun belum tentu kita menemukannya, mengapa demikian….? Pada umumnya orang-orang melihat secara fisik, sedang satrio piningit adalah badan halusnya dari sosok seseorang calon ratu adil Pemimpin masa depan dalam mengemban amanah Allah SWT untuk memperbaiki tatanan akhlaq / moral ekonomi maupun tata negara. Bagaimana caranya kita dapat bertemu sosok satria piningit….? Yakni dengan mata batin (mata badan halus kita) bukan mata badan wadag / fisik, itupun kalau dikehendaki sosok beliuanya dan diridhoi Allah SWT tentunya dengan maqom ketauhidan yang marifat. Dalam serat Uga Wangsit Siliwang terlulis, tapi budak angon geus euweuh, gues narindak baberengan jeung budak anu janggotan; geus mariang pindah ngababakan, parindah ka Lebak Cawene, (tapi budak angon sudah tidak ada sudah pergi bersama budak janggutan, pergi membuka lahan baru di lebak cawane). Saya berpendapat lebak itu dibawah, sedangkan cawane itu adalah cawan (tempat) jadi yang dimaksud diatas adalah tempat dibawah dalam arti sosok satrio piningit dalam menjalani kehidupannya sebagai rakyat biasa, secara kasat mata lebak cawane mirip dengan suatu daerah namanya Situlengkong Panjalu Kawedanan Kawali, Kab. Ciamis merupakan cikal bakal kerajaan pasundan disitu terdapat makam para raja. Pada halaman 28 & 29 tulisan Tri Budi Marhaen Darmawan Nurahmad disebutkan (nusa jaya lagi ) di daerah situ lengkong ada sebuah pulau ditengah danau disitu bersemayam sebuah makam yang sering diziarahi oranng-orang yakni raja galuh prabu dipati Haryang Kencana. Dari daerah situlah nantinya akan lahir pemimpin masa depan di Nusantara asal sunda, sosok tersebut sekarang mangalami kehidupan sebagai rakyat biasa meskipun ia seorang raja, makdsud tulisan saya diatas bukan dia bukan menyamar secara fisik akan tetapi melalui proses pergantian fisik.Baca ramalan jayabaya bait 163, apeparep pangeraning prang; tan pokro anggoning nyandhang; ning iya bisa nyembadani ruwet rentenging wong sakpirang-pirang; bergelar pangeran perang, kelihatan berpakaian kurang pantas, tapi dia bisa mengatasi keruwetan banyak orang), dari uraian saya jelas bahwa sosok satrio piningit (tersembunyi) SATRIA kental sekali dengan seorang Raja, sedangkan PININGIT berlindung didalam wadag / fisik. Mengapa biasa demikian…..? karena melalui proses reinkarnasi (terlahir kembali) dari wadag lama menempati wadag baru, hal itu tidak lepas dari takdir dan kehendak Allah SWT sebagai maha pencipta dan maha mengatur makhluknya. Pada halaman 25 tulisan Tri Budi Marhaen Darmawan Nurahmad di jelaskan “ Dia datang memakai baju hitam menyandang sarung tua”, itu adalah penggambaran pakaian hitam sosok seorang pendekar (kesatria) dan menyandang sarung tua artinya ia pernah hidup di masa lalu. Halaman 34 & 35 disinggung arti kata tempuran (percampuran) 2 sungai, sosok tersebut mengambarkan perkawinan dari 2 suku, yakni suku sunda dan suku jawa, bibitnya dari sunda trah kerjaan galuh. Dalam kehidupannya mengalami pendadaran oleh alam dan tuntunan spiritual yang cukup tinggi dengan pencapaian maqom marifat, seperti yang tertulis didalam Ramalan Jayabaya bait 164, mumpuni; sakabehing laku nugel tanah Jawa kaping pindho ngerahake jin setan, kumara prewangan, para lelembut ke bawah perintah saeko proyo, kinen ambantu manungso Jawa padha asesanti trisula weda, landhepe triniji suci, bener, jejeg, jujur kadherekake Sabdopalon lan Noyogenggong artinya menjalani seluruh ajaran (ngelmu) memotong tanah jawa kedua kali, mengerahkan Jin dan Syetan dan seluruh makhluk halus berada dibawah perintahnya, bersatu padu membantu manusia jawa, berpedoman Tri Tunggal nan Suci, Benar, Lurus, Jujur, disertai Sabdo Palon dan Noyogenggong (pengikutnya).Bait 162 Jayabaya tan kasat mata, tan arupa sing madhegani putrane Bathara Indra artinya (tak kelihatan, tak berbentuk yang memimpin adalah Putra Bhatara Indra, disini dapat kita simpulkan bahwa bait ini mengisyaratkan ialah Rajanya para makhluk halus/goib). Dalam kepemimpnannya akan menjalankan tugas utama memperbaiki tatanan akhlaq (moral) disamping ekonomi dan tata negara dan telah digembleng oleh Tri Sula Weda (3) ajaran tuntunan ketauhidan dari Allah SWT , malaikat Jibril, dan Rasul Muhammad SAW (Alif Lam, Mim) dengan memotong tanah jawa (nusantara) kedua kali. Dalam arti dahulu tanah jawa dipotong satu kali oleh ajaran baru yakni Islam dimana ketika itu sebagian besar penduduknya memeluk agama Hindu dan Budha, kemudian Islam berkembang dengan pesat kira-kira 90 persen penduduknya memeluk agama Islam, tahun berganti, jaman berganti, umat Islam banyak melanggar ajaran-ajaran yang baik dan benar, salah kaprah diterapkan, berakibat Krisis Akhaq (moral). Kemudian artinya akan dibelah lagi yang kedua oleh ajaran Hakikat (kebenaran) agar umat Islam dan Muslim kembali ke ajaran yang benar, bagi umat Muslim dikembalikan pada ajaran 2 kalimat Syahadat yakni ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW. Mengerahkan Jin dan Syetan dan seluruh makhluk halus dibawah perntahnya, bersatu pada membantu manusia jawa (Indonesia) tak kelihatan tak berbentuk di bawah pimpinan putra betara indra sosok tersebut adalah anugrah dari Allah SWT sebagai rajanya para makhluk halus/gaib tunduk atas perintahnya agar jangan mengganggu manusia jawa (Indonesia).


Ketua Umum LSM GMPN

Danu Ermaya Muhtar


Tidak ada komentar: