Rabu, 03 Februari 2010

SATRIA PINANDITA


SATRIA PINANDITA BERADA DITENGAH KITA
NAMUN BELUM BANYAK ORANG YANG TAHU

Tak henti-hentinya kita selalu membicarakan fatron yang satu ini. Cukup menarik untuk disimak tokoh yang masih misterius ini, yang diharapkan hadir ditengah kita dalam mengentaskan permasalahan bangsa menuju tata tentrem, karta raharja, gemah ripah loh jinawi.

Namun demikian tidak ada orang yang mengenal sosoknya berada maupun sepak terjangnya atau tempat tinggalnya. Yang ada berdasar pada ramalan, Uga Siliwangi, Jongko Joyoboyo, Serat Katilada, sehingga kita bingung manganalisanya, karena menggunakan bahasan Sanepan (filsafat), yang ada kita hanya menerka-nerka.

Saya hendak menjelaskan dalam tulisan ini tentang sosok Satria Pinandita Sinisihan Wahyu. Entah ini yang asli atau palsu yang tahu hanya Allah S.W.T pemilik dan pengatur alam semesta. Satria Pinandita (Satria Piningit) seperti yang telah diuraikan oleh Prof. DR. Sukintaka Guru Besar Negeri Universitas Yogyakarta pada POSMO Edisi No. 194 Tanggal 20-26 Desember 2002 berindikasi pada fakta kebenaran bahwa tokoh ghaib benar-benar akan muncul. Dalam kepemimpinannya akan mengedepankan revolusi spiritual dan kearifan lokal agar rakyat kembali kepada jadi diri Berbudaya Nusantara seperti penjelasan yang disampaikan oleh Prof. DR. Darmajati Supajar Guru Besar Filsafat UGM Yogyakarta pada POSMO Edisi 559 Tanggal 27 Januari 2010.

Ada 4 sebutan gelar yang disandang bagi tokoh Satria Pinandita 1). Satria Piningit, 2). Heru Cakra, 3). Ratu Adil, 4). Imam Mahdi, ke 4 sebutan tadi tersebut merupakan satu kesatuan yang saling terkait.

Sebutan Satria Pinandita merupakan penggambaran sosoknya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sebagai rakyat jelata (biasa), sedangkan 4 sebutan tersebut diatas ketika dirinya tampil sebagai pemimpin bangsa.

Uraiannya sebagai berikut :

Satria Piningit : Adalah sebutan badan halus (batiniyah) yang besemayam ditubuh Satria Pinandita serta mendapat Wahyu Cakra Ningrat amanah Allah S.W.T sebagai Ratu Ginaib terhadap makhluk halus, menerima pada hari Kamis Wage malam Jum’at Kliwon Tanggal 05 Agustus 2004 pukul 23.00 Beliau tahu asal usul atau silsilahnya baik fisik maupun badan halusnya dan pernah menjalani kehidupan ratusan tahun sebagai Raja di Panjalu (Galuh) sampai akhir hayatnya kemudian reinkarnasi melalui proses kelahiran menempati wadag baru menjadi rakyat jelata (biasa).

Heru Cakra : Heru artinya Besar, Cakra adalah Pusaka Kedewaan seperti panah, ujungnya bulat bergerigi, dalam pewayangan pusaka tersebut dimiliki oleh Batara Kresna, pusaka ini disebut Senjata Cakra Dewa, atau Aji Bala Sewu, bila dilepaskan maka akan keluar ribuan pasukan Ghaib. Kegunaannya menumpas angkara murka/pasukan setan, pusaka tersebut berada dipundak sebelah kanan Satria Pinandita dalam Wujud  Ghaib. Pada waktu yang ditentukan akan dilepaskan ke angkasa di titik poros Nusantara, yakni Pulau Jawa (Jawa Tengah) tepatnya di Demak. Senjata ini melesat kelangit dan auranya akan melingkupi Nusantara seperti payung yang dikembangkan guna menangkal  serangan bangsa lelembut (pasukan setan/iblis) yang merusak moral bangsa manusia, dengan tertangkalnya serangan tersebut yang diharapkan manusia akan kembali kepada fitrahnya (baik).

Ratu Adil : Ratu artinya Raja/Penguasa, Adil artinya Bijaksana, kelak dikemudian hari Satria Panandita menjadi pemimpin bangsa, dalam mengambil kebijakan/keputusan bukan atas dasar pemikiran saja akan tetapai lebih mengutamakan nuraninya serta bimbingan dari Allah S.W.T maupun petunjuknya, karena Satria Pinandita tahu kategori seorang pemimpin ada yang terbentuk karena keinginan dirinya ada juga karena lingkungannya dan yang paling baik karena kehendak Allah S.W.T, nantinya akan menjadi pemimpin yang amanah, arif bijaksana, serta Amiril Mukminin.

Imam Mahdi : Imam artinya Pemimpin, Mahdi artinya Keturunan (Pengikut Rasulullah Muhammad S.A.W), meskipun Satria Pinandita seorang muslim namun dirinya bukanlah Usatd/Ulama. Yang belajar berpijak pada tafsir-tafsir akan tetapi lebih jauh kedalam yakni pada pemahaman kebenaran (hakikat) tentang ketauhidan (ketuhanan) karena beliau mendapat tuntunan pelajaran dari Guru Ghaib. Ketika menjelaskan tentang sesuatu keyakinan akan ketuhanan yang mendengar akan termangut-mangut karena belum sampai pada pengertian itu, ibarat masih SD diberi pelajaran SMU serta penjelasannya tidak melenceng dari Al-Qur’an dan Sunah Rasul.

Konon menurut keterangan batiniyah (badan halusnya) ada keterkaitan rembesing madu Rasulullah Muhammad S.A.W, yang merupakan cucu Rasul Muhammad S.A.W dari Siti Fatimah (Putri Rasulullah) yang dinikahkan dengan Sayyidina Ali ra. (Abdullah) memiliki putra Hasan dan Husain, pada umur 5 tahun Hasan meninggal dunia dan Husain pada perang Karbala diselamatkan ke Irak dan menurunkan para Habib. Atas kehendak Allah S.W.T jualah jasad Hasan dikebumikan, sedangkan badan halusnya (batin) menempati wadag baru melalui proses kelahiran (reinkarnasi) ditanah pasundan yang menjadi anak seorang Raja Panjalu kemudian menjadi Raja di Panjalu hingga akhir hayatnya, selanjutnya reinkarnasi kembali menjadi anak dari rakyat jelata, kesulitan maupun tantangan hidup sebagai rakyat jelata merupakan suatu hikmah dan pelajaran bagi dirinya hingga menemukan sejati dirinya kembali.

Ciri-Ciri Satria Pinandita :

Fatron yang satu ini tidak banyak orang yang tahu kecuali murid asuhannya, itupun hanya beberapa orang saja, baik teman kerja maupun di lingkungan tidak tahu sama sekali karena selau menyimpan jadi dirinya bahwa dirinya adalah sosok yang selalu dicari orang dan sering dibicarakan, bahkan dirinya tidak pernah mengaku Satria Piningit atau Satria Pinandita apalagi sesumbar pada khalayak ramai.

Sosoknya seperti orang biasa pada umumnya, tidaklah tampan juga tidak jelek, seakan-akan tidak memliki sesuatu yang istimewa, kulit sawo matang, tinggi +170 cm, umur diatas 45 tahun dibawah 50 tahun, berat 62 kg, sikapnya tenang tidak berangasan, bicaranya tenang dan santun, fisiknya seperti orang Jawa, namun sukanya masakan khas Sunda dan musik Degung.

Aksen/logat bicaranya kalau di Jawa dikira orang Sunda, kalau di Sunda dikira orang Jawa. Keistimewaannya ketika bicara tentang ketauhidan  dari ucapannya keluar sesuatu getaran/gelombang energi, bagi yang mendengar terasa jiwanya bergetar serta melayang-layang menyebabkan kantuk, adapula ketika mendengarkan ucapannya seakan-akan kita mendapatkan suatu tekanan beban terhadap jiwa dan terasa pusing.

Satria Pinandita merupakan perpaduan darah Suku Sunda, Jawa dan Aceh, yang merupakan pilar kerajaan besar di Nusantara, Majapahit, Siliwangi dan Sriwijaya. Bertempat tinggal di Kota Semarang daerah kawasan perbukitan + 110  s.d 130 di atas permakaan laut (DPL), berumah tangga tentram dan damai serta sudah berputra cukup dewasa, didukung dengan rumah yang luas serta rimbunnya pepohonan di halaman rumah yang terasa sejuk. Keistimewaan lain ada titik hitam sebesar telur cicak (bukan tahi lalat) dipundak sebelah kanan sebagai tempat bersemayamnya Pusaka Cakra Dewa.

Ada 2 sisi kehidupan beliau, kalau pagi bekerja dikantor non pemerintahan seperti biasa kebanyakan orang, sibuk dengan urusan mencari nafkah kebutuhan hidup keluarga. Pada malam hari lebih banyak tafakur di rumah tidak pernah mendatangi tempat-tempat keramat mencari wisik atau lainnya, bahkan beliau sering didatangi tamu-tamu ghaib untuk menghadap atau sekedar silatuhrahmi maupun petunjuk.

Banyak khalayak orang mencarinya baik keberadaannya maupun kemunculan Satria Pinandita Sinisihan Wahyu (Satria Piningit), bahkan dibahas dalam seminar-seminar maupun blog di internet, sosoknya tidak mau memploklamirkan diri karena takut dan malu pada Allah S.W.T, tentang kemunculannya secara lahiriyah sosoknya ada (ngejegrug) dan bahkan bertemupun kita tidak tahu bahwa dia adalah Satria Pinandita yang sedang ditunggu dan dicari banyak orang. Hakikat kemunculan yang sesungguhnya beliau diangkat derajatnya oleh Allah S.W.T menjadi pemimpin bangsa diawali dengan adanya fenomena permasalahan bangsa yang tidak bisa teratasi, kemudian banyak dikenal masyarakat luas, tentang kapn munculnya hanya Allah S.W.T saja yang tahu.

Sosok Satria Pinandita yang saya tulis Asli atau Palsu saya tidak tahu, namun ada kesamaan dengan ramalan-ramalan yang tertulis pada Serat Uga Wangsit Siliwangi, Joyoboyo, maupun serat Katilada.

Tidak ada komentar: